SEJARAH YAYASAN SAYAP IBU
Gedung Yayasan Sayap Ibu Pada Tahun 1955
Yayasan Sayap Ibu adalah sebuah nama yang diambil dari bahasa Belanda “onder moeder’s vleugels”, yang menggambarkan sayap induk ayam, dimana induk ayam menaungi anak – anaknya ketika bahaya mendekat. Dibawah naungan sayap tersebut induk ayam memberikan kehangatan dan kenyamanan kepada anak – anaknya.
Yayasan Sayap Ibu berdiri pada tahun 1955, saat itu Ibu Sulistina yang tinggal bersama suaminya dirumah Dinas Sosial yang berada di Jalan Barito II No. 55 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Pada saat itu Bung Tomo menjabat sebagai Menteri Sosial, Ibu Sulistina adalah istri yang senantiasa mendampingi dan membantu Bung Tomo. Tinggal di rumah Dinas Sosial setiap hari ia mendapati sebuah pemandangan yang miris didepan rumahnya. Setiap hari ia melihat para ibu – ibu yang berdagang dijalanan tersebut membawa anak – anaknya yang masih sangat kecil dan rentan terkena penyakit untuk berjualan. Dengan kondisi mereka mengikuti ibunya dari pagi hingga sore hari. Melihat kondisi tersebut Ibu Sulistina dan Bung Tomo tergerak hatinya untuk membuka rumahnya bagi anak – anak tersebut. Ia memulai sebuah langkah kecil untuk menolong para ibu – ibu dengan membuka rumahnya untuk menitipkan anak – anak mereka dirumahnya, untuk menunggu hingga ibu mereka selesai berdagang. Di rumah itu ia memberikan waktunya untuk menjaga, mendidik, dan mengayomi anak – anak tersebut. Dari sana akhirnya Ibu Sulistina mengetahui bahwa banyak dari anak – anak tersebut tidak diharapkan keberadaanya, mereka tidak diharapkan karena berbagai hal. Mulai dari faktor ekonomi keluarga yang sangat minim, ketidakadaan tanggung jawab seorang ayah, bahkan sampai ada yang benar – benar tidak memiliki figur seorang ayah.
Awalnya anak – anak tersebut diantar pada pagi hari, kemudian akan dijemput pada sore harinya. Namun semakin hari semakin banyak yang dibiarkan untuk menginap dirumah dinas tersebut. Dan banyak dari anak – anak yang ditipkan akhirnya tidak pernah diambil lagi. Keberadaan orang tuanya pun tidak pernah diketahui lagi dimana. Pada waktu itu Ibu Sulistina Sutomo bersama Ibu-Ibu yang tinggal di Jalan Jenggala II Kebayoran Baru dan sekelompok yang ikut English Conversation merasa sangat prihatin atas keadaan anak-anak tersebut. Semenjak saat itu akhirnya ibu Sulistina memutuskan untuk mengasuh mereka dalam naungan sebuah yayasan. Ia menghimpun ibu – ibu yang tergerak untuk merawat anak – anak, mengambil bagian dalam mengelola yayasan tersebut bersama – sama. Satu persatu ibu datang untuk merawat anak – anak, dan asas dalam yayasan yang ia bangun adalah kekeluargaan dan juga kasih sayang.
Peresmian gedung baru Yayasan Sayap Ibu oleh Gubernur DKI Jakarta, tanggal 10 Desember 1986
Pada tanggal 25 Mei 1955 Yayasan Sayap Ibu resmi didirikan oleh Ibu Sulistina Sutomo, Ibu Arifien, Ibu Gerland Sunario dan Ibu Sukardi di Jakarta dengan maksud dan tujuan untuk menolong anak-anak bayi yang tidak ada yang memelihara, anak-anak bayi yang orang tuanya tidak mampu untuk memeliharanya. Peresmian Yayasan Sayap Ibu dihadiri oleh para wartawan, diliput juga oleh RRI dan diresmikan oleh Menteri Sosial. Untuk pertama kalinya pada tahun 1955 sesuai Akta Nomor 67 tanggal 25 Mei 1955 telah terbentuk Kepengurusan Yayasan Sayap Ibu sebagai berikut:
Ketua : Nyonya Sulistina Sutomo
Wakil Ketua : Nyonya Arifien
Penulis : Nona Jusna Sair
Bendahari : Nyonya Gerland Sunario
Pembantu : Nyonya Sukardi dan Nyonya Lumungan.
Ibu Sulistina bersama ibu – ibu lainnya bahu membahu membangun yayasan dan merawat anak – anak dengan kasih sayang. Setelah Yayasan Sayap Ibu terbentuk, para pengurus bergerak cepat, Ibu Sulistina selaku komandan memimpin langsung terjun ke masyarakat mencari dukungan. Yayasan mendapat banyak kemudahan, mungkin karena waktu itu masih Republik baru sehingga semangat perjuangan masih sangat tinggi, sehingga masyarakat antusias menyumbang. Ibu Sulistina dan tim meminta sumbangan kepada pemerintah, yang kemudian berbuah manis dengan mendapatkan tanah di Jalan Barito, oleh Djawatan Sosial DKI Jakarta dibangunkan gedungnya, untuk tempat tidurnya disumbang oleh Departemen Kesehatan. Adapun untuk keperluan lainnya disamping dari dana pribadi, ibu – ibu Pengurus juga meminta sumbangan dari masyarakat. Ibu Sulistina pergi ke Pasar Baru mendatangi toko – toko. Ada yang memberikan peralatan masak, ada yang memberikan kasur, bantal, dsb.
Sebuah awal yang baik dimana yayasan berhasil mencuri hati masyarakat. Hal itu sangat membantu, sebab pada saat itu banyak bayi – bayi dititipkan pada Yayasan Sayap Ibu.
Kian hari anak – anak yang diasuh oleh Yayasan Sayap Ibu semakin banyak. Sehingga yayasan pun mulai membuat program kerja. Ibu – Ibu Pengurus cukup kreatif menggagas berbagai kegiatan. Yayasan Sayap Ibu lah yang pertama kali mengadakan kontes Miss Jakarta, dalam rangka mencari dana untuk anak – anak asuhnya. Yayasan Sayap Ibu juga mengadakan Food Festival yang menghadirkan masakan dari seluruh Nusantara, Lomba Dansa dan sebagainya. Pada saat itu yang mereka pikirkan adalah mereka harus kreatif untuk mencari dana. Bahkan menurut ceritanya Yayasan Sayap Ibu juga pernah berencana mengadakan kegiatan bertaraf internasional yang menyelenggarakan orkes Hawai. Namun tidak terlaksana karena tidak mendapatkan izin dari Pemerintah, alasannya pada saat itu belum ada hotel – hotel yang layak untuk menampung tamu – tamu dari negara – negara lain. Sampai sekarang dokumen dan surat – surat mengenai rencana tersebut masih tersimpan dengan rapi.
Kerja keras yang telah dibangun semenjak tahun 1955 akhirnya sempat memasuki masa yang sulit. Pada tahun 1968 ibu Sulistina mulai merasakan adanya kendala dalam menjalankan operasional Yayasan Sayap Ibu. Hal tersebut dikarenakan aktivitas Bung Tomo yang kian hari semakin padat, dan ibu Sulistina harus mengikuti Bung Tomo dalam setiap kegiatan – kegiatannya. Kondisi pada saat itu merupakan masa – masa sulit bagi yayasan, dimana pendiri yayasan harus memutuskan mengikuti kegiatan sang suami. Kondisi perekonomian yayasan pun mulai mengalami penurunan.
Melihat kondisi yang sangat memprihatinkan tersebut, ibu Sulistina memutuskan untuk menemui ibu Johanna Sunarti Nasution (istri dari Jenderal Nasution). Pasa saat itu bu Nas (panggilan untuk ibu Nasution) sedang menjabat sebagai ketua dari seluruh Koordinasi Yayasan Sosial di Jakarta BKKKS (Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial). Lewat pembicaraan dengan ibu Sulistina, bu Nas meminta agar yayasan tidak ditutup sebab pada saat itu sudah banyak anak – anak yang diasuh di yayasan. Bu Nas memutuskan untuk mengambil alih Yayasan Sayap Ibu. Kehadiran bu Nas dalam Yayasan Sayap Ibu membawa angin segar bagi yayasan, sebab figur beliau sudah terkenal. Selain sebagai istri seorang Jenderal, beliau juga sangat aktif dalam yayasan – yayasan sosial lainnya.
Tahun 1968 bu Nas bergabung dengan Yayasan Sayap Ibu. Pada tahun itu juga dalam pengasuhan dan perawatan anak, kriteria anak ditingkatkan menjadi usia 0 – 5 tahun. Dalam perjalanannya, Yayasan Sayap Ibu sempat mengalami masalah keuangan sehingga harus dihentikan untuk sementara pada tahun 1968 ini. Namun berkat tekad kuat para Ibu, terutama Ibu J.S Nasution, Yayasan Sayap Ibu dapat berjalan kembali dan terus berkembang pesat. Bu Nas memasukkan Yayasan Sayap Ibu dibawah naungan BKKKS. Dalam kepengurusan baru, Ibu Nasution menjabat sebagai Pengawas YSI, sedangkan Ketua oleh Ibu Ciptaningsih Utaryo. Permohonan untuk Pengangkatan Anak mulai berdatangan ke Yayasan Sayap Ibu. pada waktu itu belum ada Peraturan Pemerintah yang mengatur proses Pelaksanaan Pengangkatan Anak. Pengangkatan Anak dari Yayasan Sayap Ibu dilaksanakan berdasarkan Hukum Adat yang berlaku di daerah asal para Calon Orang Tua Angkat karena memiliki kebutuhan khusus. Mereka yang lahir sudah dalam keadaan memiliki kebutuhan khusus, tetap dirawat dan menjadi tanggung jawab Yayasan Sayap Ibu.
Pada tahun 1975 terjadi Pengangkatan Anak besar – besaran dari Vietnam, Kamboja, Jepang, dan Korea. Kebanyakan adalah anak – anak terlantar sebagai korban perang melawan negara barat seperti Amerika, Inggris, Perancis, dan lain – lain. Anak – anak tersebut dikirim melalui Bandar Udara, dan diterima di Bandar Udara Negara para Orang Tua Angkatnya. Belanda ikut dalam arus Pengangkatan anak – anak tersebut. Mereka lebih banyak mengambil anak – anak Indonesia karena adanya hubungan sejarah. Pengangkatan Anak dilakukan secara sah hanya dengan akte notaris. Terjadilah jual beli anak yang ramai sekali. Bahkan banyak kejadian, anak – anak tersebut dititipkan kepada pramugari yang diberi kuasa.
Agen adopsi yang bekerjasama dengan Notaris, Rumah – Rumah Bersalin, perantara – perantara pencari anak tumbuh seperti cendawan di musim hujan. Namun begitu, Pemerintah terlihat masih belum mengeluarkan suatu peraturan apapun. Para relawan Yayasan Sayap Ibu tentu saja terusik rasa kemanusiaan dan kebangsaannya. Dengan bantuan ibu Joke Berkouwer,SH seorang sarjana hukum dan relawan Yayasan sayap Ibu berkewarganegaraan Belanda. Yayasan Sayap Ibu kemudian menyusun konsep prosedur pengangkatan anak melalui Sidang Pengadilan. Seperti halnya di Negara maju, ketentuan pengangkatan anak tidak cukup hanya dengan akte notaris saja. Dalam konsep tersebut juga diusulkan adanya lembaga seperti “Kinder Bescherming Dients” yang akan membantu Departemen Sosial dalam perizinan dan pemantauan para orang tua angkat. Lembaga ini diharapkan dapat membendung perdagangan anak seperti yang terjadi pada waktu sebelumnya. Konsep tersebut dikirimkan kepada Departemen Kehakiman, Gubernur DKI Jakarta dan Departemen Sosial.
Pada saat itu Gubernur yang memimpin adalah pak Ali Sadikin. Pak Ali Sadikin cepat tanggap. Pada tahun 1976 mengeluarkan ijin serta mengakui Badan Konsultasi Pengangkatan Anak Yayasan Sayap Ibu sebagai Lembaga Resmi. Departemen Kehakiman menanggapi dengan dikeluarkannya, Surat Edaran No.JHAI/1/2 tahun 1978 tentang Prosedur Pengangkatan Anak WNI (Warga Negara Indonesia) oleh WNA (Warga Negara Asing), yang menentukan bahwa Notaris tidak dapat membuat Akte Adopsi karena Pengangkatan Anak WNI oleh WNA harus dilaksanakan dengan Penetapan Pengadilan. Pada tahun 1976, sebagai hasil rekomendasi Seminar tentang Pengangkatan Anak sebagai Sarana Usaha Kesejahteraan Anak yang dilaksanakan oleh Yayasan Sayap Ibu, dan Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial, Mahkamah Agung mengeluarkan surat edaran No. 2 tahun 1979 yang kemudian disempurnakan dengan SEMA No. 6 tahun 1983 tentang: Prosedur Pengangkatan Anak WNI oleh WNA dan anak WNA oleh WNI. Departemen Sosial pada tahun 1981 mengeluarkan Peraturan Menteri No. 13 tentang Organisasi Sosial yang dapat menyelenggarakan usaha penyantunan anak terlantar (termasuk melaksanakan Pengangkatan Anak). Dengan dikeluarkannya Permensos tersebut maka hanya 5 organisasi yang mendapat ijin resmi termasuk Yayasan Sayap Ibu. Semua Pengadilan dapat memeberikan penetapan Pengangkatan Anak baik untuk WNI maupun WNA (Intercountry Adoption) mengacu pada Surat Edaran MA No. 6 tahun 1983 di atas. Ibu Ati Dasaid,S.H. (Almh.) Pengurus YSI Pusat saat itu yang berjuang keras untuk adanya Permensos yang mengatur Pengangkatan Anak.
Bersama Yayasan Tiara Putra, sejak itu Yayasan Sayap Ibu resmi diakui sebagai lembaga Pengangkatan Anak Terlantar. Yayasan Sayap Ibu tidak hanya melaksanakan Pengangkatan Anak untuk anak – anaknya sendiri, namun juga dapat melaksanakan Bantuan Pelaksanaan untuk Pengangkatan Anak sesuai Peraturan Pemerintah yang mengambil anak – anak dari yayasan lain.
Pasca kepergian ibu Sulistina Sutomo karena kesibukan beliau, digantikan oleh ibu Ciptaningsih Utaryo. Beliau adalah bagian dari tim Bung Tomo dan juga bu Nas. Pada masa kepemimpinan ibu Utaryo, kondisi yayasan masih sangat memprihatinkan dan masih membutuhkan uluran tangan kanan kiri untuk anak – anak. Yang paling sulit didapat pada masa itu adalah mencari persediaan susu, susu hampir tidak ada ditemukan pada masa itu. Padahal susu adalah makanan pokok bagi bayi. Untuk membantu mendapatkan susu bagi bayi-bayi di yayasan, ibu Utaryo berusaha untuk mencari bantuan keluar. Pada saat itu usahanya membuahkan hasil adanya sumbangan susu dari WIC (Women’s International Club). Daftar anggota yang terdapat dalam WIC kebanyakan orang asing, dan mereka mendapatkan susu tersebut dari kedutaan Negara mereka masing-masing, sehingga akhirnya merekalah yang menjadi penolong bagi bayi-bayi dan balita yang berada di Yayasan Sayap Ibu. WIC merupakan salah satu organisasi yang banyak membantu Yayasan Sayap Ibu, secara rutin mereka membantu banyak hal termasuk dalam hal caring.
Ibu Utaryo sendiri memiliki andil yang cukup besar dalam hal mendatangkan susu untuk bayi-bayi yang dirawat yayasan. Melalui akses yang dimiliki oleh suaminya yang bekerja di pelayaran, ibu Utaryo sering mendapatkan bantuan susu dan juga sereal dari kapal. Dimana sebenarnya barang-barang tersebut adalah jatah dari para awak kapal yang berlayar berbulan-bulan. Tetapi karena seringkali stok susu berlimpah, maka mereka memberikannya secara rutin untuk Yayasan Sayap Ibu. Bantuan susu dari sisa anak buah kapal itu jumlahnya sangat banyak, bahkan bisa sampai berkarung-karung. Sampai-sampai ibu-ibu yang mengurus yayasan, menjadikan susu-susu tersebut bahan untuk kreasi aneka kue. Setelah jadi masakan kue tersebut digunakan uangnya untuk keperluan anak-anak Sayap Ibu. Kinerja ibu Utaryo dan tim nya sangat membantu proses berdiri tegaknya Yayasan Sayap Ibu, namun lagi-lagi yayasan harus menerima keadaan untuk melepaskan ibu Utaryo pindah mengikuti suaminya.
Tahun 1977 ibu Utaryo pindah ke Yogyakarta, beliau mengikuti suaminya Bapak Utaryo yang mendapat panggilan dinas ke kota tersebut dan pada saat itu kepemimpinan Yayasan Sayap Ibu kembali dipegang oleh bu Nas. Pada saat itu di Yogyakarta, ibu Utaryo juga berjumpa dengan ibu Sarwanto Brojonegoro yang beliau kenal sewaktu mereka berdua mewakili Indonesia dalam Asian Women Leadership Training di USA pada tahun 1972. Pada saat itu ibu Utaryo dikirim mewakili Yayasan Sayap Ibu, dan di BKKKS. Bersama Ibu Sarwanto Brojonegoro, Ibu Utaryo mendirikan YSI Cabang DIY dengan Ketua Ibu Utaryo. YSI Cabang Jakarta diketuai oleh Ibu Titik Mohammad Said menggantikan Ibu Utaryo, YSI Pusat diketuai oleh Ibu Nasution. Yayasan Sayap Ibu Pusat dengan Ketua bu Nas, Cabang Jakarta dengan Ketua Ibu Titik Mohammad Said, dan Cabang Yogyakarta dengan Ketua Ibu Utaryo.
Tahun 1978, Ibu J.S. Nasution sebagai Ketua YSI Pusat sekaligus Ketua DNIKS membentuk 2 (dua) cabang yaitu :
- YSI Cabang Jakarta dengan Ketua Ibu Mohamad Said, diatas tanah Jalan Barito II No. 55 Kebayoran Baru Jakarta Selatan, bantuan Pemda Jakarta didirikan Panti Asuhan untuk merawat dan mencarikan solusi untuk kesinambungan hidup mereka dengan cara yang sebaik-baiknya.
- YSI Cabang Yogyakarta dengan Ketua Ibu Ciptaningsih Utaryo di Rajawali No.3, Pringwulung Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta.
Gedung Yayasan Sayap Ibu setelah direnovasi.
Pada tahun 1985, ketika Ibu Rooswidiati Jusuf Razak menjabat sebagai Ketua YSI Cabang Jakarta, kondisi Panti Barito masih menghuni bangunan lama. Ketika musim hujan banjir, mereka biasa membawa anak asuh ke rumah masing – masing dan dikembalikan keesokan harinya. Pada masa itu para ibu – ibu merasa harus berbuat banyak namun fasilitas dan dana kurang. Sebagai ketua, muncul semangat untuk datang kepada Gubernur Suprapto dan lewat pembicaraan dengan Bapak Gubernur, YSI mendapatkan bantuan dana sebesar Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) untuk membangun Kembali bangunan YSI sehingga menjadi gedung seperti sekarang ini yang beralamat di Jl. Barito II No. 55 Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
Pada tahun 2001, dengan dikeluarkannya UU No.16 tahun 2001 tentang Yayasan oleh Departemen Kehakiman dan HAM, maka Yayasan Sayap Ibu yang sebelumnya sudah menyandang izin dari Departemen Sosial dan Departemen Pendidikan telah menyesuaikan AD dan ARTnya sehingga strukturnya menjadi Organ dengan Pembina, Pengawas dan Pengurus.
YSI telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya tanggal 27-12-2004 (duapuluh tujuh Desember duaribu empat) Nomor: C-1051.HT.01.02.TH 2004 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia, tanggal 05-01-2007 (lima Januari duaribu tujuh), Nomor: 2, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor:18 / 2007.
Pada Tahun 2009 diresmikan rumah wakaf Menteng Wadas untuk kesejahteraan sosial yaitu PAUD Sayap Ibu, Tahun 2011 diresmikan Taman Anak Sejahtera YSI Barito. Tahun 2014 diresmikan “Layanan Klinik Tumbuh Kembang Anak”.
Berdirinya Yayasan sayap Ibu Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Pada tahun 1978, Ibu Ciptaningsih Utaryo atau yang biasa dipanggil ibu Utaryo bersama ibu Sarwanto, ibu Haryono Danusastro (ketua Badan Kerja Sama Panti Asuhan DIY), ibu Mulyoprawito, dan ibu Gondhosuhargo mendirikan Yayasan Sayap Ibu Cabang Yogyakarta. Yayasan berdiri dengan mendapatkan bantuan dari seorang dermawan Bapak KRT Sindhudiningrat. Beliau meminjamkan pavilion kerjanya untuk dijadikan Kantor dan Panti Perawaratan Yayasan Sayap Ibu Cabang Yogyakarta. Karyawan pertama Yayasan Sayap Ibu di Yogya adalah saudari Marwati, sebagai tenaga administrasi, dan saudari Menik, sebagai pekerja sosial. Kedua karyawan tersebut hingga kini masih setia mengabdi di Yayasan sayap Ibu melalui suka dan dukanya. Mereka juga dibantu oleh Relawan Sosial Aktif yaitu saudara Sugeng Wiyono.
Kantor Yayasan Sayap Ibu Pusat pindah ke Yogyakarta terhitung sejak tanggal 1 April 2004. Kepindahan Kantor Pusat YSI ke Yogyakarta antara lain disebabkan karena begitu dibutuhkannya sosok ibu Utaryo untuk memimpin Yayasan Sayap Ibu. Diceritakan oleh ibu Tjipto, Pengurus YSI Cabang Jakarta, bahwa Ibu Nas meminta ibu Utaryo supaya memegang kepemimpinan Yayasan Sayap Ibu Pusat. Karena Bu Utaryo berdomisili di Yogyakarta maka Kantor Pusat dipindahkan ke Yogyakarta. Ibu Utaryo yang pada saat itu tengah menjabat sebagai Ketua Umum YSI Cabang Yogyakarta, harus merangkap jabatan sebagai Ketua Umum YSI Pusat. Sampai akhirnya dipilih Ketua Umum Yayasan Sayap Ibu Cabang Yogyakarta yang baru.
Ibu Utaryo mendedikasikan hidupnya untuk anak-anak yayasan hingga akhir hayatnya. Berbagai aktifitas beliau jalankan untuk kepentingan anak-anak. Selain pelayanan panti, juga dilaksanakan aktifitas kegiatan pelayanan luar panti yang bekerja sama dengan anggota Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan Organisasi Aisyiah, serta seiringan pelaksanaan kegiatan pengangkatan anak (adopsi) baik yang dilakukan oleh Warga Negara Indonesia (WNI) maupun Warga Negara Asing (WNA) dengan penetapan pengangkatan anaknya di Pengadilan Negeri Sleman. Atas petunjuk ibu A.H. Nasution, maka adopsi oleh WNA terbanyak dilakukan oleh keluarga dari Australia bekerja sama dengan ASIAC. Gregg Redde dan tuan Tony Keenan Warga Negara Australia dikirimkan oleh Organisasi di Australia, ASIAC untuk membantu YSI Cabang Yogyakarta. Khususnya dalam hal Pengangkatan Anak untuk keluarga-keluarga Australia.
Panti I Yayasan Sayap Ibu Cabang D.I. Yogyakarta
Yayasan Sayap Ibu Cabang Yogyakarta mendapatkan bantuan dari masyarakat dan dapat membangun Panti Perawatan di Yogyakarta di daerah Pringwulung, Congdongcatur, Depok Sleman, Yogyakarta diatas tanah seluas 2.500 m2.. Tempatnya berada ditengah-tengah sawah, berbatasan dengan sungai. Kian hari semakin banyak bayi-bayi yang diasuh di Yayasan Sayap Ibu, atas dasar kondisi tersebut perlu adanya perluasan bangunan serta penambahan fasilitas pelayanan, namun untuk melakukan pengembangan fasilitas dibutuhkan dana yang sangat besar. Pada tahun 1978 itu Unity Service Cooperation (USC) Canada, yang didirikan oleh nona DR. Lotta Hitschmanova, yang kemudian akrab dipanggil nona Lotta, menjalin hubungan kerjasama dengan Departemen Sosial Indonesia dan Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Indonesia (DNIKS), yang saat itu ketuanya dijabat oleh ibu A.H. Nasution
Nona Lotta datang ke DNIKS untuk menyatakan keinginannya membantu Indonesia dalam bidang kesejahteraan anak, dan dana yang dimiliki cukup besar. Namun untuk proyek dan programnya apa saja, itu akan ditinjau dan kemudian ditentukan sendiri oleh nona Lotta. DNIKS menentukan proyek di provinsi Sumatra, Kalimantan Barat, Bali, NTT, dan NTB bagian timur. Pada saat itu bu Nas memberi perintah kepada ibu Utaryo dan ibu Maryono untuk menjadi pendamping nona Lotta selama perjalanannya keliling di Indonesia. Selama tiga hari penuh ibu Utaryo mendampingi nona Lotta, kemudian kembali ke Yogyakarta. Sebagai bentuk terima kasih nona Lotta kepada ibu Utaryo, maka diantara panti asuhan yang dipilihnya termasuk Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta mendapat bantuan untuk membangun ruangan yang berlokasi di Panti 1 di Keluarahan Condongcatur, Sleman, pada tahun 1981, yang kini menjadi ruang tidur bagi anak-anak bayi dan balita. Yayasan Sayap Ibu Cabang Yogyakarta mendapat pengukuhan Menteri Sosial Republik Indonesia pada tanggal 24 Mei 1989, dan kini sesuai dengan ketetapan keistimewaan Yogyakarta maka nama Yayasan Sayap Ibu Cabang Yogyakarta berganti menjadi Yayasan Sayap Ibu Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta atau disingkat YSI Cabang DIY.
Demikianlah proses berdirinya Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta, namun pendirian itu tidak berhenti sampai disana. Berikut penjabaran sedikit pembangunan fisik panti di Yogyakarta, dimana hal ini mungkin ingin diketahui oleh banyak orang yang sudah melihat keseriusan Yayasan Sayap Ibu dalam hal dedikasi :
- Seluruh bangunan panti I dibangun dengan dana dari PEMDA DIY, ASIAC Australia, USC CANADA, paguyuban Hudiyono/keluarga Gondhosuhargo, PT Premisima, keluarga Badrun Zaini, Proyek Progo/ Keluarga Martodiprojo, keluarga GPH Mangkubumi, keluarga Bustanil Arifin SH, keluarga Utaryo, Sayap Ibu Stichting Nederland, Bennink Foundation Nederland, JFPR Jepang, dan ADP Manila.
- Sementara pembangunan dan pengembangan fisik Panti 2 didukung oleh jaringan kerja Yayasan Sayap Ibu dengan pemerintah (Departemen Sosial, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan), Sultan Hamengku Buwono X, Keluarga Vermeer Nederland, dr. W.Kartosasmito Jakarta, keluarga Wiryoatmojo Solo, sumbangan perorangan, kelompok masyarakat, Sayap Ibu Stichting Nederland, Wereld Kinderen Nederland, BK3S DIY, Jan Leemhuis, Groningen Rotary Club, Rotary Club Malioboro DIY, Bas Syoerd Syors, PKL Fakultas Fisioterapi Amsterdam, dan PT Unilever yang membangun ruangan Hydro Therapy.
- Panti 3 (Rumah Karya Mandiri) didirikan diatas tanah Ganjuran, Sleman seluas 3.250 meter persegi sumbangan dari tuan Jan Bennink Nederland. Awalnya tanah tersebut dimaksudkan untuk program Mix Farming. Berhubung lingkungan disekitar berubah menjadi desa hunian, dan Yayasan Sayap Ibu membutuhkan lokasi baru untuk panti ketiga, maka diputuskan pengurus untuk mengubah program pemanfaatan tanah tersebut dari Mix Farming menjadi Panti III. Panti III adalah pengembangan hunian untuk anak-anak Disabilitas Ganda Yayasan Sayap Ibu yang sudah dewasa, yang harus dipersiapkan untuk berkarya mandiri dan dipisahkan antara laki-laki dan perempuan. Selain untuk tempat tinggal dengan system anak asuh yang masing masing didampingi sepasang Orang Tua Asuh, panti tersebut juga dilengkapi dengan beberapa bengkel, tempat latihan kerja, kolam ikan, kebun sayur baik untuk keperluan sendiri maupun untuk penjualan umum agar mereka dapat di persiapkan untuk hidup mandiri sesuai Hak mereka sebagaiman tertulis dalam Undang-undang nomor 19 tahun 2011 tentang Pengesahan Convention On The Rights Of Persons With Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas). mulai Pembangunan Panti 3 dimulai pada tanggal 30 September 2014. Batu Pertama diletakkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X. Pelaksanaan pembangunan dilakukan oleh tim dibawah Koordinator ibu Anggi (Anggraini Indriati Bambang). Pelaksanaan Operasional Panti 3 sebagai bagian dari YSI Cabang D.I. Yogyakarta.
Panti III Yayasan Sayap Ibu Cabang D.I. Yogyakarta
Yayasan Sayap Ibu Cabang D.I. Yogyakarta membentuk Wisma Ibu yang melaksanakan Perlindungan, Pendampingan Ibu-Ibu hamil. Wisma Ibu sesuai Visi dan Misi YSI, bahwa anak harus dilindungi sejak dalam kandungan. Tujuan Wisma Ibu adalah mempersatukan anak dengan ibu dan keluarganya.
Sebagaimana ditetapkan oleh pemerintah bahwa usia anak semenjak 0-18 tahun, maka keberadaan anak di dalam kandungan (0 tahun) perlu mendapatkan perlindungan seiring dengan kasus kehamilan yang tidak siap yang ditemukan di DIY, maka Yayasan Sayap Ibu Cabang D.I. Yogyakarta membentuk Wisma Ibu guna melaksanakan Perlindungan, Pendampingan Ibu-ibu hamil, hal ini sejalan dengan Visi dan Misi YSI, bahwa anak harus dilindungi sejak dalam kandungan. Tujuan Wisma Ibu adalah mempersatukan anak dengan ibu dan keluarganya.
Berdirinya Yayasan sayap Ibu Cabang Provinsi Banten
Berdirinya Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten (YSIB) adalah inisiatif istri dari Jenderal Besar Nasution, Johananna Sunarti Nasution yang akrab dipanggil dengan Bu Nas untuk memisahkan anak – anak disabilitas, dengan anak-anak pada umumnya yang berada di YSI Cabang Jakarta. Sebab jika mereka dibiarkan terus bersama, maka anak-anak yang terlahir non disabilitas akan mendapat dampak yang tidak baik dalam proses tumbuh kembangnya, mereka akan mengikuti pola bersikap seperti teman-temannya yang disabilitas. Pada awalnya anak – anak non disabilitas dan anak-anak disabilitas diasuh di tempat yang sama yaitu di Yayasan Sayap Ibu Cabang Jakarta. serta pertimbangan lainnya, juga seiring dengan perkembangan, saran para psikolog serta rekomendasi para ahli maka anak umumnya dan anak yang mengalami disabilitas berat harus dirawat secara terpisah. Alasannya kalau anak-anak non disabilitas dicampur dengan yang disabilitas maka perilaku anak-anak yang non disabilitas justru akan mengikuti anak-anak disabilitas tersebut, mengingat kebiasaan anak adalah suka meniru. Lebih dari itu alasan utama pemisahan adalah agar anak-anak penyandang disabilitas terutama yang tingkat disabilitasnya tergolong berat dapat ditangani secara lebih spesifik.
Gedung Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten
Pada tanggal 1 Oktober 2005 untuk memisahkan anak – anak disabilitas, dengan anak – anak pada umumnya yang berada di YSI Cabang Jakarta maka didirikanlah Yayasan Sayap Ibu cabang Banten dengan alasan kalau anak – anak non disabilitas dicampur dengan yang disabilitas maka perilaku anak-anak yang non disabilitas justru akan mengikuti anak-anak disabilitas tersebut, mengingat kebiasaan anak adalah suka meniru.
Pada tanggal 1 Oktober 2005 didirikanlah Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten dengan Ketua Umum Ibu Trusti Mulyono Masa Bhakti 2005 – 2010 yang berlokasi di Bintaro, Jakarta Selatan. Dikhususkan untuk merawat anak-anak Penyandang Disabilitas. Perawatan anak-anak Penyandang Disabilitas bisa ditangani dengan lebih baik. Dijelaskan oleh Bu Tjipto bahwa anak-anak yang diasuh oleh Yayasan Sayap Ibu cabang Banten pada awalnya adalah, pindahan dari anak-anak Yayasan Sayap Ibu cabang Jakarta. Sebelumnya Yayasan Sayap Ibu Bintaro merupakan Unit dari cabang Jakarta Pada saat itu Bintaro masuk dalam wilayah unit Jakarta, tetapi ketika terbentuk Provinsi Banten maka diputuskan Yayasan Sayap Ibu Bintaro dijadikan Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten.
Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten (YSIB) adalah organisasi nirlaba yang merupakan pengembangan dari Yayasan Sayap Ibu, yang bertujuan untuk melakukan usaha kesejahteraan sosial kemasyarakatan yang bersifat terbuka dan bersedia bermitra dengan lembaga, perusahaan atau perorangan baik dari dalam maupun luar negeri dalam bidang pembangunan kesejahteraan sosial dengan prinsip kemanfaatan sebesar-besarnya bagi anak disabilitas ganda terlantar. Yayasan Sayap Ibu senantiasa peduli terhadap hak anak, yaitu perawatan dan perlindungan sejak semasa didalam kandungan dan sesudah dilahirkan. Dengan berlandaskan kasih sayang, Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten menampung dan merawat anak – anak disabilitas ganda terlantar, melakukan rehabilitasi dalam rangka meningkatkan kemampuan dan kemandirian anak dengan bantuan kelompok ahli dibidang kesehatan dan pendidikan, YSIB juga menyelenggarakan pendidikan luar biasa bagi anak-anak, disamping memberikan penyuluhan kepada masyarakat dalam menyikapi anak disabilitas dan berbagai usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah kecacatan (cacat lahir).
Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten beralamat di Jl. Raya Graha Utama No. 33B RT 04 RW 01,Kel. Pondok Kacang Barat, Kec. Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Banten 15226. YSIB diresmikan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Provinsi Banten pada tanggal 1 Oktober 2005, dengan memegang teguh komitmen terhadap perlindungan dan perawatan tumbuh kembang anak disabilitas ganda terlantar yang secara tidak langsung juga berarti membantu pemerintah dalam memenuhi hak-hak anak akan perlindungan dan perawatan.Tahun 2009 berkat budi baik dan bantuan lahan fasilitas sosial dari Pemda Kotamadya Tangerang dan tentunya juga fasilitas dari PT Jaya Real Property, berdirilah sebuah bangunan gedung permanen Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten yang didanai oleh Bennink Foundation dari Netherlands.
Kini, Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten menyantuni dan membina lebih dari 487 anak dengan disabilitas majemuk antara lain: Hydrocephallus, Microcephaly, Down Syndrome, Celebral Palsy, Autisme dan lainnya. Sebanyak 37 anak berada dalam perawatan panti dan selebihnya berada di luar panti (nonpanti) yaitu anak disabilitas yang diasuh dan dirawat oleh orang tua atau keluarga intinya yang berada di wilayah JABODETABEK, Sukabumi, Serang, Majalengka, serta Bandung dan provinsi lain di Indonesia dari keluarga prasejahtera. Hal ini merupakan wujud dukungan YSIB bahwa pengasuhan terbaik anak berada dalam keluarga inti dan masyarakat. Didalam naungan YSIB mereka diberikan bantuan berupa memfasilitasi dalam pembuatan BPJS, tambahan nutrisi, alat bantu, obat – obatan dan biaya operasi apabila diperlukan, juga berbagai pelatihan khusus merawat anak penyandang disabilitas.
Untuk memastikan bahwa anak – anak disabilitas terpenuhi hak – hak dasarnya, Disamping Panti yang berada di Jl. Raya Graha Utama, YSIB juga mendirikan Paguyuban Keluarga Disabilitas Mandiri (PKDM) Curug pada tanggal 03 Desember 2013 dan beberapa Unit Pelayanan Disabilitas (UPD) yaitu UPD Tangerang Selatan diresmikan pada tanggal 26 Desember 2014, UPD Kota Tangerang diresmikan pada tanggal 15 Mei 2018, dan UPD Andara, Depok pada tanggal 22 Desember 2018 dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai, pendidikan khusus bagi penyandang disabilitas, hingga tenaga ahli dan terampil sebagai wadah bagi anak – anak dan orang tua anak penyandang disabilitas.
Untuk mewujudkan salah satu misi YSIB yaitu memberikan pendidikan yang layak bagi anak – anak penyandang disabilitas, dengan bantuan dari Stiching Netherland dan para donatur yang ikut membantu dalam proses pembelian tanah, pada bulan Desember 2018 YSIB telah berhasil melunasi pembelian tanah yang akan digunakan untuk Pendirian Sekolah Khusus Sayap Ibu untuk anak-anak Multi Disabilitas pertama di Provinsi Banten.
Berdirinya Yayasan sayap Ibu Cabang Provinsi Jawa Timur
Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Jawa Timur yang berlokasi di Surabaya berdiri diawali dari keinginan para ibu-ibu yang kini menjadi Pengurus, untuk bisa bermanfaat bagi masyarakat yang kurang beruntung. Keinginan itu bergejolak semenjak tahun 2005, dimana para ibu-ibu tersebut pernah berpikir untuk mendirikan rumah singgah bagi anak- anak tuna wisma atau mengajar anak-anak jalanan yang memerlukan pendidikan. Akan tetapi karena kesibukan mereka dalam pekerjaan sehari-sehari keinginan itu hanya sebatas pada pembicaraan dengan beberapa teman saja. Kemudian mereka berkesempatan beberapa kali mengunjungi Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta.
Pada tahun 2013 para ibu – ibu tersebut beberapa kali betemu dengan ibu Latifah Iskandar, yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Umum Yayasan sayap Ibu Pusat di Yogyakarta. Berlanjut tahun 2015 mereka bertemu dengan ibu Aisyah Baidlowi, Pembina Yayasan Sayap Ibu. Pertemuan tersebut ditindak lanjuti pada Januari 2016 dengan mengirimkan surat resmi yang berisi permohonan untuk melakukan Studi Banding ke Yayasan Sayap Ibu Cabang Banten dan Yayasan Sayap Ibu Cabang DKI Jakarta. Kunjungan ini telah menambah wawasan mereka bahwa Yayasan harus dikelola secara professional. Bulan Februari 2016 mereka bertamu ke Yayasan Sayap Ibu Pusat dan menyatakan keinginan mereka untuk mendirikan Yayasan sayap Ibu Cabang Jawa Timur. Dukungan dari pengurus Yayasan Sayap Ibu Pusat sangat membantu dalam mewujudkan keinginan mereka. Pada akhirnya dari kunjungan tersebut, dijelaskan yang diberikan oleh para Pengurus Yayasan Sayap Ibu bahwa, mengurus anak terlantar baik yang non disabilitas maupun berkebutuhan khusus (disabilitas) adalah pengabdian tanpa pamrih.
Panti Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Jawa Timur
Setelah melewati proses yang cukup panjang, akhirnya Yayasan Sayap Ibu cabang Jawa Timur didirikan dan berlokasi di Jl. Rungkut Asri Timur 19 No. 6 Surabaya, Jawa Timur, 60293. Pendirian Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Jawa Timur dilakukan oleh Pembina Yayasan Sayap Ibu Pusat. Pelantikan Pengurus Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Jawa Timur dilaksanakan tanggal 30 September 2016, di Kantor Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, dihadiri oleh: Kepala Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Pembina Yayasan Sayap Ibu, Pengurus Yayasan Sayap Ibu Pusat, Pengurus Yayasan Sayap Ibu cabang Jakarta, Yogyakarta, dan Banten, calon pengurus Yayasan Sayap Ibu cabang Provinsi Jawa Timur, serta relawan dan pemerhati masalah sosial. Sementara yang menjadi focus utama kegiatan Yayasan Sayap Ibu cabang Provinsi Jawa Timur adalah, penyelenggaraan Panti Penitipan, Pengasuhan, Perawatan, untuk anak balita bagi orang tua yang tidak mampu (Baby Day Care). Selanjutnya kegiatan akan dikembangkan sesuai dengan kemampuan Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Jawa Timur di masa mendatang. Demikian lah kisah berdirinya Yayasan Sayap Ibu cabang Provinsi Jawa Timur, walau terhitung masih baru namun yayasan yang berada dibawah pimpinan ibu Ir. Dewi J. Putriatni, M.Sc. selaku Ketua Yayasan Sayap Ibu cabang Provinsi Jawa Timur ini, berusaha untuk memberikan yang terbaik dan dapat bermanfaat bagi lingkungan sekitar.
Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Jawa Timur yang kini berusia sekitar 3 tahun berusaha memulai kegiatan yang sederhana, yang mana dapat diurus dengan baik, memenuhi seluruh aspek legalitas yaitu dengan memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Yayasan Sayap Ibu Cabang Jawa Timur juga ingin mengikuti jejak Cabang Yayasan Sayap Ibu lainnya, yang telah mewujudkan karya nyata dalam membantu anak-anak yang kurang beruntung, dan memerlukan uluran tangan.
Tahun 2014, Yayasan Sayap Ibu Pusat yang berkedudukan di D.I Yogyakarta, terhitung sejak tanggal 1 Oktober 2014 dipindahkan ke DKI Jakarta sekaligus dengan pergantian Kepengurusan YSI Pusat Baru. Mengingat YSI Pusat belum memiliki kantor gedung sendiri, maka sejak tanggal 25 November 2014 YSI Pusat menyewa ruangan yang dijadikan kantor di Yayasan Dana Bantuan yang beralamat di Jalan Brawijaya No. 15 Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Setelah masa sewa ruangan selesai, mulai bulan November 2017 sampai sekarang Yayasan Sayap Ibu Pusat pindah alamat di Yayasan Sayap Ibu Cabang Jakarta di Jalan Barito II No. 55 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.