01/07/2022

Mengapa Anak Bisa Dididik Menjadi Lebih Cerdas

Belajar semasa kecil didasarkan pada beberapa teori hasil riset dalam bidang pendidikan, kedokteran dan ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku. Semua teori ini membentuk suatu falsafah baru mengenai pendidikan anak yang bisa dipraktekan oleh para orang tua. Teori – teori ini akan membantu memikirkan dan merencakan hidup bersama anak. Beberapa teori tersebut berbunyi sebagai berikut:

  1. Anak tidak memiliki taraf kecerdasan yang sudah terbentuk dan tidak juga memiliki tempo perkekmbangan yang tidak bisa diubah. Lingkungan dapat meningkatkan ataupun menurunkan taraf kecerdasan anak, terutama pada masa – masa permulaan kehidupannya.

    Selama ini berlaku pandangan, bahwa setiap anak memiliki taraf kecerdasan tertentu yang tidak bisa berubah selama hidupnya. Taraf kecerdasan ini tumbuh dan berkembang secara otomatis pada berbagai tingkatan perkembangan. Mengapa I.Q. mengalami perubahan? Dan mengapa kadang – kadang I.Q. berubah demikian besar? Beberapa peneliti mengatakan, bahwa perubahan itu disebabkan karena tes I.Q. kurang sempurna (memang betul, bahwa tes – tes semacam ini hanya mengukur sebagian faktor – faktor kecerdasan dan tidak mengukur kemampuan – kemampuan seperti kreativitas, imajinasi dan motivasi).

    Yang lain mengatakan, tes I.Q. untuk bayi dan anak kecil terutama hanya mengukur keterampilan motorik, dan keterampilan ini belum tentu ada hubungan langsung dengan kecerdasan pada masa – masa berikutnya. Faktor – faktor emosional juga dianggap bisa menyebabkan turun naiknya angka I.Q., peningkatan atau penurunan ini disebabkan oleh banyak atau kurangnya rangsangan dari lingkungan.

    Pandangan umum dulu mengatakan, bahwa kemunduran dalam kecerdasan disebabkan karena kurangnya kasih sayang ibu yang disebut “maternal deprevation”. Tetapi riset baru terhadap bayi menunjukkan faktor penyebab kemunduran lain yaitu kurangnya rangsangan sensorik.

    Faktor keturunan menentukan batas tertinggi bagi taraf kecerdasan anak. Tetapi batas ini demikian tinggi sehingga para sarjana yakin tidak seorang manusia pun yang pernah mencapainya.

    Lingkungan bisa mengubah faktor – faktor konstitusi tubuh yang sebelumnya dianggap menetap seumur hidup. Bakat pembawaan yang diturunkan memang meletakkan dasar bagi kecerdasan anak. Juga bakat – bakat tertentu seperti musik dan matematika dapat ditelusuri pada generasi sebelumnya. Demikian juga konstitusi tubuh ditentukan oleh keturunan. Akan tetapi lingkungan anaklah yang akan menentukan sejauh mana bakat keturunan ini akan berkembang. Tentu saja orang tua tidak mungkin merubah bakat seorang anak, otaknya memiliki kemampuan – kemampuan dasar belum sepenuhnya dimengerti oleh para sarjana yang ikut menentukan cepat tidaknya dia belajar dari lingkungan, dan dengan alat indra mana dapat belajar paling mudah. Ia mungkin dilahirkan dengan otak yang baik, atau otak yang lemah, sama halnya ia dilahirkan dengan konstitusi tubuh yang kuat atau lemah. Tetapi orang tua dapat merubah lingkungan anak melalui berbagai cara, yang akan mempengaruhi perkembangan kemampuannya seperti juga orang tua bisa membantu anak mengembangkan kemampuan tubuhnya.

    Perubahan – perubahan dalam kemampuan mental paling besar terjadi pada saat dimana otak mengalami pertumbuhan yang paling pesat. Padahal pertumbuhan otak semakin menurun dengan bertambahnya umur.

    Lebih muda seorang anak, lebih besar pula pengaruh lingkungan terhadap dirinya, dan lebih banyak juga sifat – sifat dan taraf kecerdasannya yang dapat diubah. Jadi rangsangan – rangsangan yang diberikan pada tahun – tahun pertama kehidupan anak akan memberikan hasil paling besar dalam meningkatkan kecerdasannya. Sedang rangsangan – rangsangan yang diberikan selama anak di sekolah dasar atau sekolah lanjutan tidak akan menghasilkan banyak peningkatan. Orang tua mempunyai tanggung jawab utama dalam mendidik anak – anak di bawah umur 6 tahun, tahun dimana kecerdasan berkembang paling pesat. Belajar semasih kecil menjadi dasar bagi pelajar pada masa – masa berikutnya, bila anak telah  belajar dan menikmatinya, dan telah mempertajam rasa ingin tahunya dan menemukan kegembiraan dalam memuaskannya, dia akan menjadi seorang murid yang sangat berbeda dari anak yang dorongan belajarnya dihambat oleh lingkungannya.
  2. Pada umur 4 tahun, anak telah mencapai separuh dari kemampuan kecerdasannya, dan pada umur 8 tahun ia mencapai 80%. Setelah umur 8 tahun, tanpa melihat bentuk pendidikan dan lingkungan yang diperoleh, kemampuan kecerdasannya hanya dapat diubah sebanyak 20%.

    Selama 4 tahun pertama dari kehidupannya, perkembangan kecerdasan anak sama banyaknya dengan perkembangan selama 13 tahun berikut. Hal ini tidaklah mengherankan, bila kita mengetahui betapa pesatnya pertumbuhan otaknya selama bertahun – tahun itu. Anda bisa melihat pertumbuhan yang sama pesat pada tubuhnya. Misalnya pertumbuhan tinggi badan janin selama 9 bulan dalam kandungan, sama banyaknya dengan pertumbuhan selama 9 tahun mulai 3 sampai 12 tahun. Penemuan – penemuan baru mengenai perkembangan kecerdasan ini memberi tanggung jawab besar pada orang tua. Walaupun memang ada faktor keturunan dalam belajar, tetapi arah dari belajar ini terutama ditentukan oleh lingkungan. Lingkugan rumah sangat penting, tidak saja karena sebagian besar perkembangan kecerdasan terjadi sebelum anak masuk sekolah, tetapi juga berpengaruh besar selama masa sekolah dasar.
  3. Cortex dari otak seorang anak secara kasar dapat dibandingkan dengan sebuah komputer, yang perlu diberi “program” sebelum dapat bekerja secara efektif. Anak memberi program pada otaknya dengan jalan mengirimkan rangsangan – rangsangan sensorik yang berasal dari mata, telinga, hidung, mulut dan perabaan ke otak melalui saraf – saraf. Lebih banyak rangsangan sensorik yang merangsang otak, lebih besar pula kemampuan otak untuk berfungsi secara cerdas.

    Cortex adalah lapisan tebal berwarna kelabu yang membentuk permukaan luar dari otak. Cortex ini terdiri dari beribu – ribu sel syaraf yang dapat menerima dan mengirimkan impuls – impuls listrik. Bagian – bagian dari cortex sudah mempunyai fungsi tertentu, bahkan mulai saat lahir, tetapi ada bagian – bagian yang belum mempunyai fungsi. Bagian – bagian otak yang bebas ini digunakan terutama dalam mengingat dan menggunakan kata – kata, juga untuk mengingat dan memberi interpretasi pada kejadian – kejadian. Bagian terbesar digunakan untuk berbicara dan menulis, biasanya terletak di belahan otak yang berlawanan dengan tangan yang digunakan anak: di belahan kiri dari otak bila anak menggunakan yangan kanan, dan dibelahan kanan bila anak kidal. Informasi yang disimpan dalam cortex digunakan oleh otak dalam proses berpikir. Tetapi apa yang sebenarnya terjadi pada saat otak “berpikir” sampai saat ini belum diketahui. Namun tidak disangsikan lagi, bahwa volume dan mutu dari informasi yang disimpan dalam cortex sebagian besar akan menetukan taraf kecerdasan seseorang.
  4. Ada suatu batas waktu di mana sel – sel otak tidak dapat digiatkan lagi dengan mudah.

    Otak manusia merupakan suatu bagian yang hidup dan tumbuh, tapi ada batas waktu tertentu di mana tak seorang pun dapat mengubahnya, baik seorang pendidik ataupun seorang psikiater. Dapat dikatakan bahwa ada semacam jam dalam otak yang menunjukkan waktu yang tepat bagi pendidikan. Kita tahu  misalnya, angka kecil mengalami cedera dibagian otak yang digunakan untuk berbicara, setelah beberapa bulan dapat terbentuk pusat berbicara baru di bagian lain dari otaknya, yaitu dengan menggunakan sel – sel yang bebas tadi. Tetapi bila seorang dewasa mengalami cedera yang sama, sulit sekali untuk membentuk pusat bicara baru. Cortexnya sudah terpakai semua, otaknya tidak lagi memiliki kekenyalan.

    Akibat dari perubahan kekenyalan otak ini, maka apa yang pernah dipelajari pada waktu kecil, walaupun tidak dapat lagi diingat secara sadar, sulit sekali hilang. Lebih penting lagi karena apa yang dipelajari itu akan mempengaruhi proses belajar dan tingkah laku di masa berikutnya.
  5. Terdapat masa – masa peka pada kehidupan anak terhadap beberapa jenis pembelajaran. Masa peka ini merupakan tingkatan dalam perkembangan di mana keadaan otak yang sedang tumbuh memudahkan anak untuk melakukan beberapa jenis pembelajaran tertentu. Setelah masa peka ini lewat, akan sulit, atau kadang – kadang tidak mungkin lagi, untuk melakukan jenis pembelajaran tersebut.

    Beberapa ahli riset berpendapat, di dalam otak anak – anak terdapat suatu mekanisme yang dapat digiatkan hanya selama masa tertentu. Bila mekanisme ini tidak dirangsang oleh lingkungan pada saat yang tepat, selanjutnya akan sulit untuk digiatkan kembali walaupun dengan rangsangan yang sama. Akibatnya anak akan mengalami kerugian sepanjang hidupnya. Salah satu masa peka bayi, menurut Dr. Ronald Illingwort dan Dr. Yames Lister, ialah saat belajar mengunyah makanan padat, bila bayi tidak diberi makanan padat pada waktu yang tepat, maka selanjutnya ia tidak mau mengunyah, ia akan mengeluarkan makanan itu dari mulutnya atau muntah.

    Pada bayi – bayi normal, masa peka tersebut terjadi kira – kira pada umur 6 bulan. Tapi bisa saja berbeda pada tiap bayi, ada dua tanda yang bisa diperhatikan untuk mengetahui tibanya masa peka ini. Bayi paling mudah belajar mengunyah makanan padat segera setelah refleks menjulurkan lidah berlalu, pada saat ia tidak lagi mendorong keluar makanan yang kita suapkan ke mulutnya, dan kurang lebih satu bulan setelah ia mulai menjangkau dan memegang benda dengan tangannya.

    Apakah masih ada masa peka lainnya dalam kehidupan anak – anak? Masa peka untuk belajar membaca dan mengerti angka – angka adalah antara umur 4 dan 5 tahun, menurut Dr. Maria Montessori, Wanita penemu metode mengajar Montessori. Bahwa anak – anak berumur 4 dan 5 tahun belajar membaca dengan mudah, gembira dan bersemangat bila mereka diberi kesempatan. Antara umur 3,5 dan 4,5 tahun anak lebih mudah belajar menulis dibandingkan pada umur 6 atau 7 tahun. Pengendalian otot – otot tangan dan jari – jari yang diperlukan untuk menulis simbol – simbol lebih mudah diperoleh dibandingkan dengan koordinasi organ – organ bibir, lidah, leher dan pernapasan yang diperlukan untuk mengucapkan simbol, selanjutnya lebih mudah membantu anak mengendalikan tangan dan jari – jarinya dari pada alat bicara.

    Masa peka bagi anak untuk belajar tertib dan teratur adalah antara 2,5 dan 3,5 tahun, dalam masa ini anak selalu menginginkan sesuatu yang rutin. Sebelum tidur ia ingin agar beruang mainannya diletakkan dekat kepala, lalu pintu kamar dibuka sedikit, ibu menyanyikan lagu tertentu dan selimut dipasang tepat seperti biasanya. Kebanyakan orang tua mengeluh bila anaknya berada dalam masa ini, tapi beberapa ahli riset memandang masa ini suatu masa peka. Dalam masa ini anak sedang mencoba membuat generalisasi dan merumuskan konsep – konsep dari apa yang diamatinya dan menarik kesimpulan. Karena itu anak menuntut hal – hal yang rutin dan ritual, karena hal itu akan menimbulkan perasaan teratur dan kontinuitas dalam dirinya, dengan demikian ia dapat menarik kesimpulan – kesimpulan yang betul.
  6. Dalam perkembangan bicara tercakup di dalamnya faktor kecerdasan. Belajar berbicara dengan baik sebenarnya cukup sulit, akan tetapi anak – anak berhasil melakukannya sebelum umur 5 tahun.

    George L. Stevens, seorang ahli dalam bidang membaca, mengatakan:”antara umur 3 dan 5 tahun anak – anak normal belajar menguasai simbol yang rumit, dan mereka berhasil tanpa banyak kesulitan, dan tanpa Pendidikan formal. Tapi justru para ahli pendidikan mengatakan, bahwa anak – anak ini hanya mampu menyanyi dan menggambar. Dengan tidak memperhatikan segi kecerdasan dalam perkembangan anak, para ahli teori pendidikan telah menghambat kemajuan dalam teori belajar dan praktek pendidikan. Dengan tidak menyadari, bahwa anak kecil memiliki dorongan dan kemampuan mengumpulkan pengetahuan, mereka telah menunda perkembangan metode – metode pendidikan yang baru.
  7. Sifat phisiologis otak memungkinkan anak lebih mudah belajar bahasa kedua atau ketiga pada tahun – tahun pertama dari kehidupannya dibandingkan masa – masa selanjutnya.

    Otak anak mempunyai kemampuan khusus untuk belajar bahasa, suatu kemampuan yang akan menurun dengan berjalannya waktu, demikian dinyatakan Dr. Penfield. Selama tahun – tahun pertama dari kehidupan anak, otaknya membentuk “unit – unit bahasa” yang mencatat segala sesuatu yang didengarnya. Unit – unit ini saling berhubungan dengan sel – sel syaraf lain yang mengatur kegiatan motorik, berpikir dan fungsi intelek lain. Setelah umur 6 tahun dan lebih – lebih lagi setelah 9 tahun, anak menggunakan unit – unit bahasa ini sebagai dasar untuk memperkaya perbendaharaan kata -kata. Kata – kata baru ini diperoleh atas dasar unit – unit bahasa dan bunyi yang pernah dicatat di otaknya. Apabila setelah umur 10 atau 12 tahun, anak baru belajar bahasa kedua, ia harus menggunakan unit – unit bahasa yang sama yang telah dipelajarinya itu.

    Seringkali orang menganggap, tidak ada gunanya anak kecil belajar bahasa asing yang tidak digunakan baik dirumah maupun di antara teman – temannya. Memang benar anak kecil akan lupa kata – kata asing yang pernah dipelajari. Akan tetapi bila setelah remaja atau dewasa ia belajar lagi bahasa itu atau mengunjungi negara yang berbahasa itu, dia akan cepat sekali menguasai bahasa itu karena unit – unit Bahasa itu masih tersimpan dalam otaknya.
  8. Setiap anak memiliki dorongan untuk eksplorasi (menyelidiki), memeriksa, mencoba, mencari hal – hal baru, belajar menggunakan alat – alat indranya, dan memuaskan ras ingin tahunnya yang sangat besar. Dorongan – dorongan ini sama kuatnya seperti lapar, haus, menghindarkan rasa sakit dan dorongan – dorongan lain yang oleh para psikolog disebut dorongan “primer”.

    Karena rasa ingin tahu pada anak – anak selama ini tidak dianggap sebagai dorongan dasar, banyak tingkah laku anak yang disalahtafsirkan sebagai “kenakalan”. Anak – anak prasekolah seringkali dihukum karena mereka ingin tahu segala sesuatu. Pada bayi yang baru lahir, tingkah laku mereka dapat dirangsang oleh “pengamatan baru”. Misalnya, bayi yang baru berumur 2 tau 3 hari diperlihatkan suatu benda berwarna terang seperti bola merah atau lingkaran merah di atas kertas putih. Maka matanya akan terpusat pada benda itu dan seluruh tubuhnya tampak tegang. Bila beberapa waktu kemudian dia diperlihatkan benda yang sama, dia memperlihatkan perhatian yang sama. Tapi benda ini sudah berkurang daya tariknya. Bayi ini akan lebih memperhatikan benda lain yang bebeda bentuknya.

    Bila orang tua membantu anaknya memuaskan kebutuhannya untuk eksplorasi, melihat, berkesperimen, mencoba, merasakan macam – macam rangsangan sensorik, ia tidak saja akan belajar, tapi juga akan lebih gembira, dan lebih tenang. Bayi yang terus saja menangis di tempat tidurnya, walaupun popoknya tidak basah, perutnya kenyang, tidak merasa kedinginan atau kepanasan, dan tidak ada juga peniti yang menusuk, bayi ini mempunyai dorongan yang tidak terpuaskan, kebutuhan akan rangsangan sensorik yang baru.
  9. Setiap anak mempunyai dorongan untuk melakukan sesuatu akan belajar untuk melakukannya. Ia mencoba, mengulangi, meneliti dan berusaha untuk menguasai lingkungannya sebanyak mungkin terutama demi kegembiraan yang dirasakannya dalam melakukan kegiatan itu.

    Bayi anda mungkin menjatuhkan mainannya keluar boks dan berteriak agar anda mengambilnya, lalu ia menjatuhkan Kembali. Demikian berulang – ulang, selama anda mau mengambilkannya. Mungkin anda akan jengkel dan marah padanya, bila anda melihat tingkah lakunya ini sebagai sesuatu yang tak bertujuan atau sebagai usaha si bayi untuk menyusahkan anda. Akan tetapi bila anda mengerti, bahwa sebenarnya ia sedang belajar memegang dan melepaskan benda di tangannya, belajar mengenal benda yang jatuh dan suara yang timbul karenanya, maka anda akan lebih sabar dan mau membantunya.

    “permainan” yang seolah tak bertujuan ini sebenarnya merupakan dasar bagi perkembangan manusia. Setiap manusia mempunyai kebutuhan (yang dibawa sejak lahir) akan rangsangan – rangsangan pengamatan dan motoric untuk mengisi daerah cortex yang luas dan belum berkembang. Seorang bayi manusia dilahirkan dengan organ – organ sederhana sehingga dia belum mampu berfungsi di dunia ini, dan harus belajar sebelum bisa mengurus dirinya sendiri. Karena itu dorongan untuk belajar sesuatu ini sangat penting untuk kelangsungan hidupnya. Ia harus melewati masa kecilnya dengan mengisi otaknya dengan pengetahuan dan pengamatan, agar bisa bertindak secara cerdas bila telah dewasa. Semakin jelas terlihat bahwa masa bayi bukan semata – mata mas bagi perkembangan system syaraf dan otot – otot, tapi merupakan masa di mana bayi aktif dan terus menerus melakukan kegiatan belajar, dan semua ini menjadi dasar bagi kegiatan dan cara berpikirnya di kemudian hari.
  10. Belajar pada dasarnya bisa menyenangkan, dan anak kecil akan belajar dengan sendirinya bila usaha – usaha mereka tidak diganggu oleh tekanan – tekanan, persaingan, penghargaan, hukuman ataupun rasa takut.

    Lama sebelum seorang anak siap masuk sekolah, dia sudah tahu bahwa ke sekolah bukanlah untuk main – main. Dari anak – anak yang lebih besar ia mendengar mengenai guru yang galak, pekerjaan rumah yang banyak ataupun peraturan yang ketat. Pada saat dia masuk sekolah lanjutan, minatnya terhadap belajar sudah demikian terganggu oleh kecemasan menghadapai ulangan, persaingan, kebutuhan akan pujian guru, pekerjaan rumah dan tekanan – tekanan, sehingga dia tidak lagi melihat bahwa belajar itu menyenangkan.

    Tetapi pada saat permulaan keadaannya tidak demikian. Karena adanya dorongan ingin berhasil melakukan sesuatu, karena rasa ingin tahunya yang besar, maka belajar  merupakan kegiatan yang menyenangkan. Bila anak tidak tidur, ia akan terus menerus akan belajar dengan memperhatikan segala sesuatu di sekelilingnya dengan meraba, mengecap, mendengarkan, mengeluarkan suara dari mulutnya dengan mencoba, meneliti. Ia menikmati kegiatan belajar ini dan dengan gembira mengulang – ulang apa yang telah dipelajarinya. Orang tua yang mengetahui, bahwa belajar bagi anak kecil seharusnya berlangsung dalam suasana gembira, dapat merencanakan kegiatan – kegiatan yang sesuai dengan umur dan kemampuan anak, tidak terlalu sulit atau terlalu mudah, tidak terlalu mendahului atau terlalu terbelakang. Tujuan dari kegiatan ini bukanlah untuk mendorong, menekan anak, agar ia bisa bersaing dengan temannya atau untuk kebanggaan keluarga, tapi untuk membuat anak merasa bahagia.
  11. Semakin banyak yang dilihat dan didengar oleh anak, semakin banyak pula yang ingin diketahuinya. Semakin beraneka ragam rangsangan – rangsangan lingkungan yang pernah dihadapinya, semakin besar pula kemampuannya untuk mengatasi atau menguasai rangsangan – rangsangan itu.

    Menurut Dr. Piaget, rangsangan – rangsangan yang diterima anak dari lingkungannya akan menimbulkan perubahan dalam organisasi dan fungsi struktur dasar biologisnya. Dengan perkataan lain, rangsangan ini akan menambah perkembangan otaknya. Struktur yang lebih fleksibel dan lebih terinci memungkinkan anak bertindak lebih cerdas dalam menghadapi lingkungannya.

    Dalam setiap masa kehidupan anak, dia membutuhkan kesempatan untuk menggunakan kemampuan – kemampuan mental yang dimilikinya. Ia juga membutuhkan banyak tantangan dan rangsangan dari lingkungan agar kemampuannya itu lebih berkembang.

    Bila anak tidak mendapat cukup rangsangan untuk menggunakan kemampuannya, dia akan bosan, dan perkembangannya akan terhambat karena kurangnya tantangan dan kesempatan belajar. Merupakan seni tersendiri bagi orang tua, dan pendidik untuk menyediakan rangsangan dan tantangan dalam lingkungan anak yang sesuai dengan kemampuan belajar anak. (meningkatkan kecerdasan anak oleh Joan Beck).

Artikel Lainnya

Cabang DKI Jakarta

Cabang D.I. Yogyakarta

Cabang Banten

Cabang Jawa Timur