04/03/2021

Kiat Menjadi Orangtua Bijaksana

Ada beberapa kunci sukses atau faktor utama yang menentukan keberhasilan orangtua dalam mendidik dan mengasuh anak dengan bijaksana. Berikut penjelasannya dan langkah-langkah yang dapat diikuti oleh ayah dan bunda.

  1. Menghargai Anak
    Anak hendaknya diperlakukan sebagai pribadi yang dihargai sebagaimana ayah bunda menghargai orang yang sejajar dengan kita. Ini menjadi penting karena akan meningkatkan harga diri dan rasa percaya dirinya (konsep diri). Selain juga secara langsung mengajarkan untuk bersikap menghargai orang lain. Anak adalah peniru yang ulung. Mereka belajar dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Oleh karena itu hanya hal-hal positif yang perlu diberikan kepada anak. Beberapa contoh penghargaan orangtua kepada anak antara lain:
    • Perhatikan dengan seksama saat anak bicara
      Ketika anak bicara perhatikan dengan sungguh-sungguh. Jangan mendengarkan anak berbicara sambil memandang ke arah lain, mengerjakan sesuatu, atau memikirkan hal lain. Bahkan ketika anak sedang bicara, kita tidak dianjurkan memikirkan jawabannya. Pikirkan jawabannya setelah anak selesai bicara. Tanggapan dan senyuman yang diberikan ketika bayi berceloteh akan memberikan dampak positif pada perkembangan bayi.
    • Dengar kata-kata anak
      Seringkali anak mengeluarkan pendapat dalam berbagai hal, misalnya tentang pakaiannya sendiri, cat rumah, cat kamar, masakan, dan lain sebagainya. Hargai pendapatnya. Orangtualah yang sebaiknya mengalah untuk pilihan-pilihan yang tidak prinsip atau mengganggu orang lain. Contoh, jika anak-anak menghendaki cat rumahnya orange dan biru tua, sedangkan orangtua lebih menyukai hijau muda (warna lembut). Sebaiknya pilihan anak yang dipakai, sedangkan orangtua mengalah.
    • Minta pendapat mereka
      Pada saat akan memutuskan sesuatu, ajak anak bermusyawarah dan minta pendapatnya. Misal, masak apa hari ini, rumah dicat kembali atau tidak dan warnanya apa, penempatan perabot rumah. Usahakan pendapat anak yang diambil sebagai keputusan. Hal tersebut akan membuat mereka bangga. Jika sering diperlakukan demikian maka akan berdampak positip bagi perkembangan rasa percaya dirinya.
    • Biasakan menggunakan kata tolong, permisi, terimakasih
      Sebagai kolega yang sederajat, hendaknya ayah bunda santun kepada anak. Gunakan kata tolong pada saat butuh bantuan anak. Ucapkan terimakasih setelah anak menyelesaikan “perintah” yang diberikan. Awali dengan kata permisi dan meminta ijin atau persetujuan untuk hal-hal yang menjadi hak otonomi anak. Misalnya, pinjam pensil anak. Menggunakan kata-kata tersebut menggambarkan p e n g h a r g a a n kepada anak-anak.
    • Jangan permalukan anak
      Orangtua tanpa sadar kerap mempermalukan anak di depan orang lain, termasuk teman-temannya. Misalnya, menceritakan anaknya masih ngompol, makan masih berceceran, dan lain-lain. Tindakan tersebut sangat melukai hati anak dan dapat menurunkan harga diri, rasa percaya diri, dan konsep dirinya. Berbagai hal yang berpotensi membuat malu anak, biarlah menjadi rahasia anak tersebut. Bahkan sebaiknya ayah bunda berpura-pura tidak tahu, serta segera melupakan berbagai kelemahan yang dimiliki anak.
    • Gunakan kata-kata positif
      Ketika berkomunikasi dengan anak, gunakan bahasa yang positif. Kata-kata bernada positif yang dibarengi pandangan mata hangat dan penuh kasih sayang akan memberikan sinyal positif bagi anak. Selain itu juga memberikan pengaruh yang kuat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Seperti, ”Kamu hebat.”, ”Kamu anak pintar.”, ”Kami menyayangimu.”, ”Kami bangga padamu.” Sebaliknya, kata-kata negatif akan memperburuk perkembangan anak. Seperti, ”Kamu anak nakal.”, ”Bodoh.”, dan lain-lain
    • Berkata-kata lembut, tidak banyak mencela dan menegur
      Ada nasihat yang sangat berharga: ”Jangan banyak mengarahkan anak didik dengan celaan setiap saat, karena sesungguhnya yang bersangkutan akan menjadi biasa dengan celaan. Akhirnya ia akan bertambah berani melakukan keburukan, dan nasihat pun tidak dapat mempengaruhi hatinya lagi”.
  1. Faktor Waktu
    Kunci sukses berikutnya adalah perihal pengelolaan waktu. Kesalahan orangtua adalah tidak cukup punya waktu untuk anaknya. Seperti tenggelam oleh pekerjaan atau pun urusan yang tak kunjung selesai. Kesalahan lainnya adalah kadang-kadang orangtua salah dalam penetapan waktu, kapan bermain dengan anak, kapan menasihati anak, kapan berlaku tegas (dengan suara rendah namun menampakkan kewibawaan) dan sebagainya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengelola waktu untuk kepentingan anak antara lain:
    • Sediakan cukup waktu setidaknya seminggu sekali, lebih bagus jika setiap hari bersama anak. Waktu bersama anak bisa diisi bermain, mendongeng sebelum tidur, nonton TV bersama, dan lain-lain.
    • Jangan menasihati apalagi memarahi anak ketika sedang marah. Anak marah mungkin karena mainannya hilang atau rusak, badannya sakit, permennya jatuh, dan sebagainya.
    • Untuk orangtua (utamanya bunda) yang sibuk bekerja di luar rumah, usahakan menelepon setiap siang dengan suara yang lembut dan hangat. Minta anak bercerita tentang pengalamannya pada pagi itu di sekolah, tentang makannya, dan lain-lain. Jika anak tengah marah, beri kesempatan menumpahkan kekesalannya melalui telepon.

  1. Membangun Disiplin
    Membangun disiplin pada anak tidak sama dengan menegakkan disiplin pada orang dewasa. Harus sedikit demi sedikit dan dimulai dari yang kecil. Pada orang dewasa dikenal dengan berbagai sangsi pada setiap pelanggaran, tidak demikian halnya dengan anak-anak. Orangtua tidak pernah melakukan pelanggaran karena anak belum mengerti yang benar dan salah. Butuh waktu, proses serta tahapan. Untuk itu, kesabaran dan ketelatenan orangtua sangat diperlukan dalam membangun disiplin anak.
  1. Kasih Sayang
    Kehangatan kasih sayang orangtua, dalam berbagai penelitian bisa memengaruhi secara positif pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang diberi kehangatan dan kasih sayang yang tulus akan meningkatkan status kesehatan dan kecerdasan anak. Banjiri anak-anak dengan kalimat yang menyenangkan, sentuhan kasih-sayang, pelukan, ciuman, senyuman, dipangku, dibelai, dan lain-lain. Anak yang merasa lingkungannya (utamanya orangtua) memberi kasih sayang yang tulus dan dalam jumlah yang cukup. Hasilnya, bisa dipastikan bahwa anak akan bersikap dan berprilaku positip. Sebaliknya, anak merasa tidak mendapatkan perhatian dan kasih-sayang dari orangtuanya seperti yang diharapkan, maka anak berisiko akan berkembang menjadi anak bermasalah.
  1. Rasa Aman Dan Nyaman
    Di dalam rumah, di tempat lain saat anak bersama keluarganya, di sekolah bersama lingkungan yang berbeda, anak harus selalu merasa aman dan nyaman. Anak harus terhindar dari rasa takut, khawatir, cemas, gelisah dan lainlain. Suasana aman dan nyaman harus selalu diciptakan oleh orang dewasa di sekitar anak. Mendidik anak dengan cara menakut-nakuti justru akan merugikan perkembangan anak.
  1. Berkomunikasi
    Berkomunikasi atau mengobrol adalah salah satu cara untuk mengembangkan perilaku dan kemampuan dasar anak usia dini. Lakukan kegiatan ini semenjak dalam kandungan. Mengobrol akan meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak sekaligus memperbanyak ragam kata yang diketahui. Kegiatan mengobrol bersama anak juga meningkatkan kecerdasan berbahasa, dan intelegensinya. Daya pikir, daya cipta, imajinasi, daya inisiasi, emosi, sosial, moral, agama, pengetahuan, fisik, seni, dan lainnya akan meningkat sejalan dengan meningkatnya kemampuan intelektualnya (intelegensinya). Oleh karena itu, sediakan waktu sebanyak-banyaknya untuk mengobrol bersama anak. Kurangi acara nonton TV karena sedikit sekali memberikan nilai tambah kepada anak. Bahkan, seringkali merugikan pertumbuhan dan perkembangan anak.

  2. Jauhkan Dari Sumber Bahaya
    Anak yang sehat adalah selalu bergerak dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Anak selalu ingin mencoba apapun untuk memenuhi rasa ingin tahunya tersebut. Setiap benda yang ada dihadapannya pasti dicoba untuk dipahaminya. Ketika masih bayi maka benda tersebut akan dimasukkan ke mulutnya. Bayi pun memasukkan jari-jarinya ke colokan listrik, bermain api, dan sebagainya. Itu karena anak belum mengerti tentang bahaya dan apa yang dipegang atau dimainkannya. Tugas orangtua adalah menjauhkan anak-anak dari bahaya.
    • Singkirkan benda-benda tajam dari jangkauan anakanak.
    • Penempatan stop kontak hendaknya cukup tinggi sehingga tidak terjangkau oleh anak.
    • Air panas di dapur hendaknya ditutup dan dilindungi sehingga tidak memungkinkan anak menyentuhnya.
    • Obat-obatan dan benda beracun lainnya hendaknya ditaruh di tempat yang tak terjangkau anak.
    • Benda-benda yang mudah roboh dan bisa menimpa anak harus dijauhkan.
    • Awasi gerak-geriknya.
  1. Biarkanlah Anak Menjadi Dirinya
    Anak-anak terlahir dengan bekal dari Tuhan berupa potensi yang luar biasa. Namun, satu anak dengan anak lainnya berbeda. Untuk itu, orangtua jangan selalu memaksakan kehendaknya karena sangat merugikan bagi anak. Orangtua yang mengarahkan (dengan paksa) anaknya sesuai minat dan keinginan orangtua, tanpa memahami potensi dan minat anak, hanya akan mendorong kegagalan anak dalam hidupnya. Ingat, anak bukanlah diri kita. Ibu dan bapak tidak bisa memprogram atau membentuk anak sesuai yang ada dalam pikiran diri sendiri. Ayah bunda hanya bisa mengenalkan berbagai pilihan, dan pada akhirnya anaklah yang menentukan sesuai minat dan bakatnya.
  1. Doa
    Hal lain yang tidak kalah penting adalah doa orangtua. Orangtua sebaiknya mendoakan anak-anaknya dalam setiap kesempatan. Doa orangtua akan berkaitan dengan pertolongan Tuhan. Selain juga akan membimbing perilaku orangtua terhadap anaknya sesuai dengan doa yang diucapkan.

Pesan Untuk Ayah Bunda

Menjadi orangtua bijaksana, yang mampu mengasuh dengan bijaksana, sebenarnya bisa dilakukan oleh siapapun. Asalkan mau sabar dan belajar. Orangtua yang bijaksana akan memberi pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Kelak setelah dewasa, anak akan menjadi ”seseorang” sangat dipengaruhi pola asuh yang diberlakukan oleh orangtuanya. Secara normal tidak ada orangtua yang menghendaki anaknya sengsara dan tidak bahagia di masa dewasanya. Sayangnya, tidak jarang orangtua yang melakukan kesalahan dan berdampak buruk. Penyebabnya, kekurangpahaman orangtua, serta kurangnya pengetahuan. Rumah adalah basis utama pendidikan dan sebagai pendidik utamanya adalah orangtua. Orangtua adalah faktor utama yang memengaruhi anak kelak. Untuk itu, rumah sebagai basis utama pendidikan harus mendapat perhatian dibanding sekolah. Jika para pendidik di sekolah secara berkala mendapat pelatihan untuk meningkatkan kemampuan, maka sudah selayaknya orangtua juga mengupayakan dirinya agar meningkat kemampuannya. Jika guru di sekolah memberlakukan peraturan jumlah minimal waktu mengajar, maka orangtua sudah selayaknya menyediakan waktu yang cukup untuk bersama anak, mulai dari bermain bersama anaknya dan mendampingi anaknya belajar. Jika tugas guru di sekolah mungkin saja digantikan oleh guru lain, maka tugas orangtua nyaris tidak mungkin digantikan, kecuali oleh keadaan yang memaksa.

Referensi : Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional

Artikel Lainnya

Cabang DKI Jakarta

Cabang D.I. Yogyakarta

Cabang Banten

Cabang Jawa Timur